Usai
bersalaman saat lebaran, masyarakat umumnya berbondong-bondong mengunjungi
tempat kepemakaman untuk berziaroh pada makam keluarga mereka. Suatu ketika
kunjungan sangat ramai, namun ternyata tak seramai para arwah leluhur di dalam
kubur yang sedang berlomba.
Apa yang
mereka lombakan? Mereka mengangkat tangannya dan bersusuah payah
meloncat-loncat untuk menangkap kilauan cahaya. Cahaya apakah yang mereka
inginkan?
Ramainya para
penziaroh, tak seramai para arwah di alam kubur, yang sedang memperebutkan dan
berlomba menangkap cahaya-cahaya yang jatuh dari atas ke dalam kubur mereka.
Mereka berlomba
untuk mendapatkan cahaya itu sebanyak-banyaknya, karena cahaya itu adalah
doa-doa kiriman dari para keluarga yang sedang dibacakan, yang dapat
meringankan siksaan mereka dialam kubur yang sedang mereka rasakan.
Namun disaat
semua arwah di alam kubur sedang sibuk berlomba untuk mendapatkan keberkahaan,
satu orang nampak tenang dan berdiam dengan senyuman kebahagiaan.
Terjadilah
dialog antara arwah tersebut.
“mengapa
kamu tenang berdiam diri, ayo bangunlah, banyak yang sedang mengirimkan doa. Walaupun
bukan keluarga sendiri yang mengirimkan, tapi kita bisa mengambil cahaya yang
dikirimkan oleh siapapun juga kan. Ayo cepatlah.” Kata seorang arwah.
“tidak,
terimakasih. Aku tak perlu loncat-loncat seperti itu. aku sudah sangat bahagia.
Dan aku sudah punya banyak cahaya setiap hari, karena anakku selalu mengirimkan
ku doa, anakku selalu mebacakan doa-doa untuk ku seusai sholat lima waktu,
bahkan setiap saat anakku selalu mengirimkan doa untukku. Dia sangat berbakti
pada ku dan dia adalah anak yang sholeh titpan alloh untuk aku, dan aku sangat
bersyukur telah melahirkannya.” Ungkap arwah yang selalu mendapatkan kiriman
doa dari anaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar