Dalam
khayalan ku, Aku akan kembali terdiam bercucuran keringat memejamkan mata dan
berkomat-kamit lantunan harapan. Terbayang penuh Tanya hasil apa yang akan aku
dapatkan. Setelah aku menempuh pembelajaran di SMP dan mengikuti Ujian Nasional
dengan baik, kini aku mulai berencana untuk melanjutkan kesekolah yang aku impikan, dan tentu aku sangat berharap
bisa belajar di SMA yang akan menjadi jembatan cita-cita ku. Tiba-tiba Ratna
membuyarkan lamunan ku dengan lembut
“fitri, fit maaf ini aku punya brosur pesat
nih.” Tungkas ratna sambil mentodorkan brosur.
“ eh rat,wah mana
rat? Aku liat dong.” Ungkap aku
“hehe, ini fit, aku
dapet dari putri lestari, dia juga mau sekolah disitu.” Ujar ratna
“wah tu kan, ada
jurnalistik nya. Ya allah aku mau sekolah disana.”pungkas aku
Tiba-tiba Putri dan
siti menghampiri.
“ fit, kamu mau
sekolah di situ juga? Wah semoga sekelas lagi ya nanti.?”
“heheh. Iya put,
pengennya si aku di situ, tapi cobaminta izin dulu dengan orang tua aku.” Tutur
aku
“tapi kan fit, kamu
udah tau belum? Pasti udah taukan? Apa
lagi kan kamu itu berdua dengan adik kembar kamu, Kalau di pesat itu biaya nya
besar, aku aja engga berani masuk situ, aku engga mau nambahin beban orang tua
aku.” Ungkap siti
Mendengar pernyataan
itu aku benar-benar tergoyang niat aku, ketika wajah lembut kedua orang tua ku
Nampak nyata dalam mata ku. Sejenak aku berusaha menata hati aku.
“ iya siti aku tau,
aku udah liat dibrosur nya, sama sekali aku juga engga ma membebanan orang tua
ku, tapi tekad aku dan suara hati aku tetap berusaha ingi
Aku
bersemangat pulang sekolah untuk memberi
kabar kepada ibu dan keluarga di rumah. Dan tentu aku berharap kabar ini akan
diterima dengan baik.
“Assalammualaikum,
ibu eneng pulang.” Ucap aku
“Waalaikumsalam, ayo
ganti baju makan dulu, lalu sholat ya.” Tutur ibu
“ibu, eneng mau kasi
tau sesuatu ke ibu, eneng udah dapet brosur nya pesat.”
Aku pun mengulurkan
tangan ku dengan sedikit gemetar
memberikan brosur kepada ibu. Aku mulai teliti membaca respon apa dari
raut wajah ibu setelah mengamati brosur pesat. aku pun mulai membuka mulut
menjelaskan pelan dann hati-hati kepada ibu.
“ibu, di brosur itu
lengkap tentang sekolah pesat, dan di pesat walaupun SMA tapi lebih dari SMK,
di pesat ada elektro, otomotif, tatabusana, tataboga, dan banyak lagi, bahkan
di pesat ada jurnalistik. Semua itu ada di student day. Nah di pesat juga ada Kopasus IT nya ibu.”
Tutur aku
“ iya nak, begitu
juga dengan perinciaan biaya nya, sangat lengkap.” Ungkap ibu
Mendengar
ucapan ibu, aku mulai menebak-nebak keputusan dari ibu. Aku terdiam nyaris
meluncurkan bah air mata. Sekuat-kuat mungkin aku jadikan bongkahan air mata
untuk tidak membanjiri wajah ku. Putri yang baru selesai dari kamar mandi
langsung duduk ikut berkumpul dan tidak lama dari itu, bapak bangun dari tidur
siang nya, dan turut berkumpul juga. Ibu kembali menuturkan kata-kata.
Dan
aku mulai menarik nafas entah akan aku hembuskan dengan cara seperti apa.
Apakah dengan cara perlahan tapi lancar dan penuh celah terang, ataukah dengan
cara perlahan tapi tertahan keluar.
“ nak, apa kamu
sudah benar-benar ingin di pesat?. ibu sangat setuju dan pasti ibu dan bapak
mendukung. Tapi nak keadaan juga perlu diperhatikan. Eneng dan dede kan sama,
dua-dua nya anak ibu. Pesat kan swasta mungkin sedikit wajar jika biaya nya
mahal. Kamu kan SD Negri, SMP Negri, nah SMA juga Usahain dinegri aja, Katanya
kalau kuliah itu persaratan masuk nya juga mudah.” Tutur ibu
“iya teteh, sebener
nya dede juga pengen di pesat, tap dede mah pengen coba ikut tes di negeri dulu
baru ke pesat. teteh atuh engga apa-apa napa ke negeri dulu, kalau untuk
jurnalistik kan bisa juga ngambil jurusan saat kuliah. Ya semoga ada rezeki nya
untuk kuliah nanti.” Pungkas putri
Aku
hanya terdiam dan menahan beribu kalbu yang menerpa hatiku mengguyur dengan air
beku perasaanku. Penjelasan ibu dan tutur kata putri mengenai itu tidak
berhenti sampai situ, bapak ku pun turut memberi komentar dan mencoba
meluncurkan ide-ide gemilang.
“ dede, teteh, orang tua mana yang tidak mendukung dan
menyayangi anak-anak nya?!. Bapak tau niat dan tekad teteh sekolah di pesat
luar biasa. Tapi betul kata ibu, kita
harus peka terhadap kedaan juga. Tapi bapak beri izin kalian bisa di negeri
kalian juga bisa di swasta. Teteh dan dede akan ikut tes di pesat dan juga di
SMKN 2 Bogor. Kita bisa liat dari situ apa sesungguh nya ridho dari rencana
yang allah berikan. Kalau teteh dan dede lulus tes masuk negeri, berarti kalian harus yakin di
negeri yang terbaik, tapi kalau tidak lulus tes di negeri berarti memang di
pesat yang terbaik dan itu akan bapak sangat usahakan mengenai biaya nya. tapi
jika di negeri masuk dan di swasta masuk. Bapak harap kalian terima untuk
memilih negri.” Penjelasan bapak
Aku
pun langsung bertatapan mata dengan putri memberi isyarat dan kompak memeluk
ibu dan bapak, dengan bisikan ucapan terimakasih. Air mata pun tak terbendung
lagi.
“tapi, bapak harap
kalian mau mengerti bapak juga. Tolong usahakan sebaik-baik nya di negeri unuk
mendapat nilai baik. Di negeri dan swasta kalian harus berusaha dapet nilai
baik. Untuk hasil nya kita serahkan kepada Allah SWT.” Ungkap bapak
Hari
cerah, secerah hati yang menerpa hari ini. Waktu tiba untuk aku dan putri
interview di SMA Plus PGRI Cibinong. Mental dan semangat aku tata baik-baik.
Langkah niat ucap basmallah, menunduk mencium telapak tangan ibu dengan penuh
harap keridhoaan nya dan ucap salam mengawali perjalanan ke SMA Plus PGRI
Cibinong. Aku dan putri serta bapak pergi bersama.
Setelah
selesai pikiran ku Penuh keyakinan dan juga tebak-tebakan dalam pikiran aku.
Akankah mimpi-mimpi ku akan kutemui dan dapat aku kunjungi ataukah akan hanya
menjadi penyemangat untuk yakin itu kesempatan dalam keberhasilan yang hanya
tertunda. Aku dan putri akan kembali untuk mengambil hasil interview. Dan akhir
nya waktu singkat itu tiba juga.
“subhannallah,
allahuakbar. Dede.. Alhamdulillah ya allah. Teteh diberi kesempatan.” Tutur ku
dengan penuh keharuaan
“heheh iya teteh,
Alhamdulillah dede juga. Yyeeeyyyeee.” Sorak sorak bahagia
Sorak-sorak
bahagia itu walau sangat bermakna tapi tak berlangsung lama. Allah memang maha
adil dan maha pengasih lagi maha penyayang. Disisi lain pun aku dan putri
bersyukur tersadarkan dari kegembiraan yang dikhawatirkan tidak terkendalikan.
Tapi disisi lain hati kembali terguncang mengetahui bahwa memang benar
informasi mengenai biaya yang diterima di pesat untuk segera memasukan biaya
bangunan nya seminggu yang akan datang dan kalu tidak di anggap gugur.
Sedangkan jika sudah memasukan itu tidak bisa ditarik sepenuhnya, hanya ¼ nya
saja.
“ya allah, dede
gimana ini. Paling lambat satu minggu lagi harus udah masuk uang bangunan,
sedangkan kata bapak kan harus liat hasil dari negeri nya dulu masuk apa engga
baru ke swasta. Tes di negeri nya masi 1 bulan lagi.” Ungkap aku dengan lirih
“iya teteh. Nanti
kalau dalam waktu seminggu kita engga masukin biaya bangunan berarti kita udah
gugur.” Tambah putri
Akhirnya
kami kembali kerumah untuk menghadap kedua orang tua kami. Dalam hati aku
berusaha bersahabat dengan keadaan yang mengabarkan hal itu. Aku merenung tanpa
membiarkan tak sadarkan diri untuk melamun. Aku mencoba mencari suara hati aku.
Akankah ini sudah tepat dan waktu nya hasil jawabaan itu mengenai aku akan
hembusan nafas yang akan terkeluarkan dengan cara apa. Raut wajah penuh kasih
sayang dan cahaya pintu surga itu sudah ditatapan kedua mata aku dan putri. Aku
mulai menceritakan nya, dan sampai mendapat keputusan dari ke dua orang tua
yang aku sangat berharap bukan yang akan mengakhiri mimpi-mimpi aku dan putri.
“ini mungkin sudah
mulai satu per satu petunjuk dari Allah SWT untuk kalian nak, sesuai dengan kesepakatan
kalian harus belajar menerima nya ya. Mungkin ini baru awal dari rencana Allah
SWT. Anak-anak kalian harus selalu ingat. Nikamat dari Allah itu dalam bentuk
senang atau pun sulit. Dan Renacana Allah itu indah pada waktu nya. Jadi kalian
sekarang harus berusaha banget bisa di negeri dan kalian akan bersekolah di
negeri.” Ungkap bapak
“iya pak.” Ungkap
serempak aku dan putri
Sungguh
aku tak mau mengucap salam berpisah dengan mimpi-mimpiku ke pesat. tpi aku pun
terima untuk berusaha masuk negeri dan mempersiapkan diri mengikuti tes nya.
Tapi bukan berarti aku behenti bermimpi-mimpi dan berusaha terus meyakinkan
hati bahwa rencana allah itu indah pada waktu nya, bagaimanapun cerita jalan
menempuh nya.
Seiring
waktu berjalan, kami pun sibuk Tanya jawab kepada teman-teman seperjuangan,
generasi-generasi mendatang, orang tua di sekolah, sanak saudara dan para
tetangga juga. Di mulai di kelas, antar kelas, ruang guru, lingkungan sekolah
dan menyentuh lingkungan keluarga serta masyarakat. Di UKS Evi menghampiri aku.
“ ka fitri, ini
novel nya evi udah selesai baca nya. Hehe makasi ya ka.” Ungkap evi ketua PMR
tahun itu seklaigus sahabat aku
“ siip, sama-sama.
Gimana seru kan?.”
“seru banget ka. Oh
ya ka fitri mau ngelanjutin kemana ni.?”
“wah seru kan.
hehe.. insya Allah ke SMKN 2 Bogor.” Jawab aku
“siip deh. Good luck
ya ka. Evi mau manggil eka dulu ni ya ka.” Pamit evi
“ok deh.” Respon aku
Dialog
semacam-macam itu telah menjadi kegiatan kesibukan menjelang hasil pembagian
nilai Ujian Nasional. pagi-pagi menuju TU untuk meminta isi tinta spidol, tiba-tiba
brepapasan denga ibu emi guru ekonomi.
“assalamuaalaikum,
ibu memeng rajin ya. Udah dateng pagi-pagi seperti ini.” Gurau aku
“waalaikumsalam,
fitri bisa aja. Mau isi tinta ya?! Oh yam au lanjutin kemana fit.?” Tanya ibu
emi
“iya biasa spidol
nya persedian tintanya abis. Hehe. Insya Allah ke SMKN 2 Bogor.” Jawab aku
“oh negeri, iya
bagus itu fit. Ya udah ibu ke ruang guru dulu ya.” pamit ibu emi
“hehe iya ibu.”
Jawab aku
Lebih
heboh dan bling-bling-bling menjadi tajuk pembahasan dalam bincang kaba-kabari
suasana sekolah bersama teman-teman seperjuangan. Di lapangan basket pagi ini
beda seperti biasanya. hari ini lapangan basket di kujungi 3 kelas dari kelas
Sembilan. Kesempatan ini bagus buat aku untuk bercanda-canda dengan teman
sekelas saat kelas tujuh, Resti yang aku anggap sangat humoris itu. Akupun
menghampiri nya.
“hai Resti. Nah
ketemu deh ama kamu lagi ni.” Sapa aku dengan riang
“eh fit. Kemana aja.
Eh ngobrol dulu aja sini. Engga lagi sibuk kan?” Tanya Resti
“ah engga. Oh ya mau
ngelnjutin kemana ni.”giliran aku yang bertanya
“mau nyoba ke
kampak. Itu ke SMKN 1 Cibinong kalau kamu, fit.” Jawab Resti
“wah hebat ni. Good
luck ya. aku Insya Allah ke SMKN 2 Bogor.” Jawab aku
“hah?, bener tu
fit,? Itu kan STM?.”
“iya itu memang STM.
Oh ya aku ke sana lagi ya. daah”. Pamit aku
Aku
duduk di halaman depan kelas aku, sambil berkipas-kipas mempersilahkan keringat
untuk keluar dari peranan nya selesai olaraga. Dengan di bantu semilir angin
yang mondar-mandir, kembali terbayang mimpi-mimpiku. Secara nyata Di mana-mana dengan sipa saja jawaban yang aku
berrrikan tetap sama. “SMKN 2 Bogor”
“mm.. ya allah
andaikan aku bisa menyebut nama SMA Plus PGRI Cibinong ketika aku di Tanya akan
melanjutkan kemana.” Desah aku
Satu
bulan bukan waktu yang lama. Akhir nya aku dan putri melaksanakan tes di Negeri
tetapi pada waktu yang berbeda. Malam hari sebelum tidur di ruang keluarga.
“teteh, dari sekolah
teteh kan duluan ya tes nya. kalau dari sekolah dede kan besok nya Nah nanti udah tes nya tolong kasi tau ya tes
nya itu seperti apa cerita nya. Hehhe dan minta kisi-kisi nya dung.” Gurau
putri
“heheh iya iya lah.
Maka nya doa in ya.” ucap aku
Aku
dan putri setelah menikuti bergabagai tes yang ada di waktu yang berbeda. Kini
kembali menunggu hasil usaha perjuangan dengan penuh pasrah akan keputusan dari
Allah SWT. Aku menunggu di sekolah aku kedatangan ibu ika yang membawa hasil
tes nya dari negeri sedangkan putrid dari sekolah nya pergi mengambil tes itu
di negeri. Setelah detik,menit, dan jam yang berlau dengan penuh persiapan hati
untuk mengetahui hasil nya. Tiba-tiba putri menelepon.
“teteh, teteh
Alhamdulillah. Alhamdulillah teteh. Dede keterima. Teteh gimna.?” Kabar dari
putrid
“ya allah
Alhamdulillah atuh dede sekarang udah bisa lega. Selamat ya. teteh mah belum.
Ibu guru nya masi perjalanan ke sekolah.” Jawab ku
Mendengar
kabar itu aku sangat bahagia dan terharu akan suara bahagia putri. Yang tidak
lama kemudian kebahagiaan itu di pause karena ibu ika sudah datang dan amplop
cokelat pun telah aku terima dan siap aku buka. Basmalah, wajah orang tua dan
putri menemani aku memulai perlahan membuka nya.
“bismillahhirrahmannirrahiim..
ya allah aku hanya bisa berusaha dan berencana yang menentukan itu Engkau ya
Allah. Kuat kan aku dan bimbing aku ya allah.” Tutur aku dengan tersedu
Tulisan
itu, kata-kata itu, kalimat itu arti kalimat itu tentu tidak akan terlupakan.
Lagi-lagi dan lagi aku kembali menerima pernyataan dan berjumpa dengan
kata-kata itu. “TIDAK DI TERIMA”. Kata-kata yang pernah menyesakan hati ku.
Kembali berjumpa dengan aku. Aku tidak terkendali lagi air mata tumpah seketika
itu juga tak peduli di depan ada orang banyak. Aku langsung berlari menuju
pintu gerbang sekolah dengan terus terbayang wajah orang tua. Aku naik angkot
dan terus bercucuran air mata menahan bunyi isak suara tersedu-sedu.
Aku
tak berniat membuat kedua orang tua ku turut bersedih tapi aku tak kuasa
membendung perasaan sedih ini. Ibu ku tak berhenti menasehati dan menenangkan
aku. Dan aku telah membuat ibu aku meneteskan air mata nya. Dan aku hanya
memeluk ibu.
“maafin eneng,
maafin eneng, meaafin eneng.” Ungkap yang terus keluar dari mulut aku
Bapak aku langsung
bergegas dan mengajak aku mencari sekolah yag masi membuka pendaftaran. Dan
hasil nya hanya Ada satu sekolah SMA Negeri yang masi membuka pendaftaran tapi
sungguh aku tidak mau di situ. Aku di ajak bapak ke SMKN 2 Bogor lagi untuk
meminta kebijakaan kepada pihak sekolah dengan alasan aku dan putri kembar tapi
hanya putri yang keterima dan bapak meminta kebijakaan pihak sekolah agar aku
bisa di terima. Tapi pihak sekolah menolak. Aku sangat terpukul harus melihat
bapak berkorban selalu demi aku. Tapi di situ aku dan bapak mendapat info bahwa
bisa bersekolah disitu tetapi di bagian bangunan. Karena hanya di bagian itu
yang masi perlu siswa.
Aku
sangat sedih sekali. Tapi aku berusaha untuk tidak mengumbar-umbarkan kesedihan
ku ini. Akhirnya aku pulang ke rumah tapi aku tidak pulang dengan ayah. Karena
ayah aku harus hadir rapat untuk putrid yang berhasil keterima sekolah disitu. Sesampai
dirumah, ayah menelepon aku dan memberitahu bahwa aku sudah di daftakan di
pesat. kekejutan yag membuatku bimbang dengan tetap bercucuran air mata
mencari-cari alasan air mata yang keluar bercucuran ini. “ya Alloh, aku sangat
terharu dan bahagia kalu memang benar disekolahkan di pesat. tapi ya alloh aku
sedih aku telah membuat orang tuaku berrkorban lagi dan lagi untuk ku.” Lirih
suara hatiku
Akhirnya seketika itu
juga aku memeluk erat ibu aku dan mencium telapak tangan ayahku dengan beribu
ucapan syukur. Detik itu semangatku berkobar dan tekad kuat benar-benar
dirasakan oleh ku. Aku berusaha tidak akan menyianyiakan kesempatan dan nikmat
karunia yang Alloh berikan pada aku. “Ya Alloh, Alhamdulillah hambaMu ini
diberikan nikmat dan ridhoMu. Hamba berusaha
semangat mengeja cita-cita dan mimpi-mimpi hamba. Hamba yakin Engkau
memang Maha Adil. Walau aku masuk pesat harus dengan cara seperti ini dahulu
tapi bagiku itu menjadi cerita indah dari kebesaranMu ya Alloh.” Lirih suara
hati yang penuh syukur dan semangat baru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar