kenangan

  • Replace This Text With Your Featured Post 1 Description.
  • Replace This Text With Your Featured Post 2 Description.
  • Replace This Text With Your Featured Post 3 Description.
  • Replace This Text With Your Featured Post 4 Description.

Selasa, 28 Mei 2013

Makam Para Wali

Budaya bangsa yang menuntun ke surga

Oleh: Fitri Andani

Bergema langkah kaki ringan melangkah
dengan pasti menuju niat suci
zioroh ke makam para wali.
Pakaian putih, harum minyak melati
terlontar kalimat-kalimat suci
mengaggungkan Ilahi itulah mereka
para jemaah yang berziaroh
ke makam para wali.
Sumber Foto: Pribadi
  

Sunyi, adem, tenang hingga merelakan air mata tumpah seketika. Lantunan sholawat dan panjatan doa-doa merupakan kehasan suatu tempat suci yaitu makam para wali. Di tanah air Indonesia ini perkembangan islam sangat lah luas. Dan tak aneh lagi jika makam para wali tersebar di tanah air ini. Di bulan sya’ban ini bulan yang pas bagi saya karena menjelang bulan ramadhan dan bertepatan dengan liburan sekolah. Dengan rasa syukur, makam para wali dapat di kunjungi yaitu di Ciamis dan Tasik Malaya

Ciamis, Panjalu.

Panjalu adalah salah satu kota kecamtan di wilayah utara kabupaten Ciamis Jawa Barat. Kota ini terletak sekitar 35 km sebelah barat kota kawali. Wilayah ini berupa dearah perbukitan yang subur, dilereng utara gunung Syawal dengan ketinggian 700 m diatas permukaan laut. Kota ini dikenal merupakan kerajaan kuno sebagai kerajaan Galuh Panjalu Di Panjalu ini yaitu pemakaman di Nusa Gede Situ tempat makam Prabu Sanghyang Borosngoro (H.Abdul Iman) dan Prabu Hariang Kancana (Sayid Ali bin Muhammad bin Umar).

Para peziaroh untuk mencapai makam tersebut harus melewati sebuah situ. Sebelum melewati situ tersebut para pezioroh disuguhi pernak-pernik dari pedagang kaki lima yang menggiurkan mata untuk meliriknya. Dari mulai kerajinan Ciamis, makanan khas ciamis sampai terasi panjalu yang terkenal mantapnya.

Setelah melewati situ  dengan mata yang telah dimanjakan oleh pemandangan yang luar biasa disekeliling situ, para peziaroh disambut oleh gapura makam yang kokoh terawat. Tak sampai di situ para pezioroh harus merelakan kakinya berjuang menaiki anak tangga yang puluhan jumlahnya. Tapi uniknya bukan keluh kesah yang mereka utarakan melainkan kekaguman. Anak-anak tangga tersebut tak digubris, suara burung wallet yang banyak jumlahnya. melayang-layang diudara,  bergelantungan membuat perhatian para penzioroh.

Walet-walet itu belum luput dari perhatian para peziaroh langsung disuguhi prasasti dan bangunan wangsit panjalu di Nusa Gede. Benar saja para peziaroh  dari berbgai daerah nampak memenuhi sekitar makam.” Wallet-walet itu bagus banget dan mitosnya yang membuat wallet-walet itu disekeliling makam adalah pohon-pohon disekitar makom ini.” Ungkap Sopian peziaroh asal Bogor . Menurut kisah turun temurun masyarakat panjalu yaitu terdapat cerita maung panjalu atau Raja Harimau di Pasundaan. Dan di panjalu ini terdapat mata air Cikahuripan dan pemandian Cikahuripan.

Tasik Malaya, Pamijahan.

Pamijahan ini sudah banyak dikenal masyarakat luas. Dan masyarakat bahkan ada yang hampir setiap tahun berziaroh ke pamijahan. Menurut berbagai sumber pamijahan kampung itu dinamakan pamijahan dengan alasan karena tempat tersebut selalu hilir mudik dikunjungi oleh masyarakat luas untuk berziaroh dan waktunya tidak sama. Sehinga suasana disana seperti ikan bertelur. Jadi, arti pamijahan itu adalah “tempat ikan bertelur” . bukan berarti tempat pemujaan.

R. Abdullah Apap bin R. Haji Abdullah Miftah dalam buku yang disusunya menyampaikan bahwa dia menolak apabila para peziaroh ada yang mengartikan kata pamijahan dengan arti pamijahan. “karena itu dimohon dengan hormat kepada para peziarah yang berkunjung ke pamijaahan bermaksud berziarah berasarkan tutunan agama islam.” Tutur R. Abdullah Apap dalam buku yang disusunya.

Pamijahan sebagai kota kedusunan juga merupakan ibu kota desa pemijahan (yang dulu dikenal dengan sebutan Desa Bongas). Terletak di kecamatan Bantar kalong kabupaten Tasik Malaya, Jawa Barat.
Di pamijahan ini terdapat makom Syekh Haji Abdul Muhyi, Yudanagara dan Syekh Khatib Muhawid Pamasalahan.

Untuk soal pernak-pernik buat oleh-oleh di tasikmalaya ini engga diragukan lagi deh. Dari mulai terminal sampai pintu makom dibalut dengan jejeran pedagang. Dari terminal menuju makom pamijahan jaraknya sekitar 9 Km loh. Eits tapi tenang, dijamin engga akan kerasa cape deh. Mau tau kenapa? Karena kiri kanan pemandangan yang menggiurkan mata yang bisa buat dompet kosong kalau nafsunya tinggi loh.hehe.. Nah kalau gitu apa saja sih yang ada di tasik?.

Ditasik ini bukan hanya ada aneka jajanan aja loh yang ada tapi aneka pakaian juga banyak disini contohnya, batik, kebaya, mukena, pakaian muslim dan banyak lagi loh. 

Gua Safarwadi

Satu lagi yang menari dari pamijahan task Malaya yaitu gua safarwadi. Menurut cerita konon dahulu gua tersebut bekas syekh abdul muhyi dan para wali lainya menuju mekah. Saat di pintu masuk saja sudah sesak dengan antrian para jemaah loh. Eits ada yang menarik nih, para jemaah hampir semua membawa derigen, botol minuman dan senter loh. Untuk apa yah?. Lalu ada apa aja sih di dalam gua tersebut? Pertama masuk saja para jemaah harus berantrian panjang dan membungkuk sebungkuk-bungkuknya dan merelakan kaki mereka telanjang. Karena selain pintu gua yang sangat kecil dan super sempit juga didalam sangat licin dan bayak terdapat genangan air. Namaya gua pasti lah gelap. Untuk para jemaah yang tidak membawa senter, mereka dapat membeli senter tersebut dengan harga yang bervariasi loh. Dari mulai Rp. 3000- Rp. 25000. Nah di gua ini juga ada mata air yang banyak berpendapat bahwa air keberkahan. Engga heran kalau para jemaah dengan bersenggol-senggolan tertib mengambil air tersebut. Eits selain untuk diminum banyak yang menggunakanya untuk mencuci muka juga loh.

Ada tempat yang berbeda suasananya dengan tempat mata air tersebut. Jika di tempat mata air tesebut bersuka cita mengambil air keberkahan tapi d tempat lain para jemaah terlihat khusu sunyi, menundukan kepala, duduk diatas tanah yang basah dengan menghadap sebuah celah dari dinding gua.

Menurut Saefudin Sufendi jemaah asal bogor mengatakan bahwa celah tersebutlah jalan sewaktu para wali pulang pergi ke mekah. Dan menimbulkan kepercayaan siapa yang meminta doa kepada Alloh SWT di tempat tersebut akan di jabah doa nya.

Tak habis-habisnya nih ada yang menarik lagi untuk disimak. Tingkah laku para jemaah yag kadang bisa membuat senyum kecil karena berjingkat-jingkit kaki mereka demi kepala mereka bisa menyentuh atap gua tersebut. Memangnya untuk apa yah?. Ternya menurut para jemaah di atap gua itu terdapat bentuk yang menyerupai peci an jumlahnya banyak dengan ukuran yang berbeda. Dan mitosnya bagi yang dapat menyentuh dan sosok ukuran kepalanya dengan peci akan dapat pergi segera ke tanah suci. Wah menarik bukan.?

Bagi umat islam berzaroh ke makam para wali tentulah sangat penting. Karena dengan berziaroh ke makam para wali insya alloh kita akan mendapat syafaat dari baginda Rasullulloh SAW. Kemudian menambahkan banyaknya rezeki dan kesehatan. Bahkan sangat dapat meneratkan keimanan. Sebgai umat islam hal ini harus tetap menjadi budaya bangsa karena bukan hanya untuk budaya dunia tapi budaya yang menuntun ke surga.

Tidak ada komentar: