Perjuangan dan perjalanan kesuksesaan
Judul Buku : Mimpi Sejuta Dollar
Penulis : Alberthine Endah
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku : 362 halaman
Buku yang berjudul Mimpi Sejuta Dolar
karya Alberthine Endah berisi kisah hidup seorang Motivator, Penulis sekaligus
Pengusaha muda yang sukses, Merry Riana. Seorang wanita yang merupakan anak
bangsa Indonesia berhasil menjadi seorang miliuner di usia 26 tahun. Ria,
panggilan hangat untuk keluarga dan suaminya ini memiliki kisah hidup yang inspiratif
mengenai perjalanan kesuksesannya, sehingga terciptalah buku ini sesuai dengan
harapannya untuk berbagi semangat ke semua orang, selain dalam bentuk seminar
motivasi yang ia lakukan.
sumber: Pribadi |
Perjalanan kesuksesannya bemula
kegigihan orang tuanya untuk tetap meyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih
tinggi, kuliah. Tahun 1998 ia akan melanjutkan ke perguruan tinggi, namun
kondisi Negara Indonesia yang krisis moneter secara besar-besaran dan aksi
demonstrasi di era Soeharto membuat keluarganya memutuskan menyekolahkannya di
singapura, yaitu Nanyang Technological University.
Ia bukan berasal dari keluarga yang
kaya raya, dan pilihan ke Singapura adalah pilihan satu-satunya ia untuk bisa
melanjutkan kuliah. Biaya untuk Pendidikannya pun mengharuskannya berhutang
sebayak 40 juta Dolar atau 300 juta rupiah. Nilai yang fantastis itu telah
melejitkan semangatnya untuk segera melunasi hutangnya setelah lulus kuliah,
dan ia bertekad untuk mendapatkan kebebasan financial di usianya sebelum 30
tahun.
Tekadnya itupun akhirnya membawanya
menadi mahasiswa yang selalu berpikir kritis. Mengelola perjalanan kehidupan.
Seperti berhemat, ia mengatur uang sebaik mungkin yang hanya sebesar 10 dolar
setiap minggunya, menahan lapar dengan mie instan saja. Kemudian ia menahan kesenangan
mudanya, ia selalu gunakan untuk berfikir mencari ide dan jalan untuk dapat
menghasilkan uang dengan kerja keras, dibandingkan bersantai di waktu libur
kuliah. Ia selalu menyisakan uang penghasilannya untuk ditabung dan berusaha
agar uang itu dapat berputar lebih banyak atau ia gunakan untuk membeli buku,
dibandingkan pergi untuk liburan. Itulah proses awal dari sebuah tekad yang
telah ia tanamkan saat baru menjadi mahasiswa NTU.
Sejak proses awal dengan uang 10
dolar setiap minggunya, dan mie instan yang menjadi makanannya, Tuhan
memberikan yang lebih atas kesabaranya itu, yaitu seorang teman bernama Alva
dari fakultas teknik dan merupakan mahasiswa asal Indonesia juga, yang kemudian
menjadi suaminya. Ya, perkenalan mereka sejak awal hingga mereka menikah selalu
berhubungan dengan kerjasama. Merry mengaku sangat beruntung bertemu Alva dan
bisa memiliki Alva, karena setiap perjuangan dan kerja keraksnya Alva selalu
ada menyemangatinya.
Kerja kerasnya berawal ketika di
musim liburannya iya mendapatkan pekerjaan pertamanya, yaitu Pembagi brosur di
jalanan. Ia menyatakan bahwa ia tak malu dan gengsi, justru ia siap untuk
mendapat tempaan seperti itu agar ia lebih terbentuk. Sebab ia bekerja untuk
berjuang, bukan untuk gaya-gayaan. Disitulah ia ceritakan betapa pekerjaan itu
sangat memberikan pelajaran kesabaran dan kekebalan batin untuk terhindar dari
sakit hati. Ia mengerti betul susahnya membuat orang-orang yang berlalu lalang
itu untuk mengambil brosur ditanganya. Dalam buku ini, ia mencereitaka secara
detail gambaran sulitnya ia berjuang dalm pekerjaan itu. Hingga suatu ketika ia
kepergok oleh atasanya tertidur di pojok tembok. Ia pun sangat ketakutan akan
di pecat, karena ia sangat membutuhkan pekerjaan yang menghasilkan gaji 25
dolar ini. Namun tak disangka bos nya itu ternyata mengajaknya untuk makan
siang.
Bos nya mengerti bahwa pekerjaan ini
sepertinya tidak cocok untuk dirinya, akhirnya bosnya menawarkan ia untuk
bekerja di florist (toko bunga).
Mereka terlibat dalam obrolan yang seru dan meri mendapatkan pelajaran ketika
bos nya menceritakan bahwa ia juga kecewa krena aadanya krismon, namun ia cepat
bangkit dan mencoba mencari peluang dengan cara membeli perusahan-perusahan
yang bangkrut dengan harga yang sangat murah, sehingga ia mmeiliki banyak
perusahaan. Hal itu belum tentu ia dapatkan pada saat tidak sedang krismon.
Disitulah pelajaran pertamanya yang berharga.
Setalah lebih giat bekerja sebagai
assisten di toko bunga, ia mendapat tantangan untuk membagikan brosur lagi,
namun harus dengan presentasi dan harus mendapat kartu nama orang untuk
dihubungi agar ia bisa sebagai
pelanggan. Setiap pekerjaan yang ia daptakan ia selalu mengamati prosesnya
untuk dipelajari seperti menghadapi narasemuber yang berbeda. Sehingga ia dapat
mengenal kepribadia orang sekaligus cara menghadapinya, tanpa sekolah
psikologi.
Sewaktu-waktu ia melihat lowongan
pekerjaan sebagai pelayan di sebuah restoran mewah, yang menjamu orang-orang
penting. Ia pun enggambarkan sangat jelas mengenai keharusannya bersikap ini
itu sesuai ketentuan restoran, hanya untuk mengantar makanan atau minuman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar