kenangan

  • Replace This Text With Your Featured Post 1 Description.
  • Replace This Text With Your Featured Post 2 Description.
  • Replace This Text With Your Featured Post 3 Description.
  • Replace This Text With Your Featured Post 4 Description.

Sabtu, 28 Juli 2012

Masjid nuansa tiongkok Punya kisah klasik dan unik


Oleh: Fitri Andani

Bulan Ramadhan, pada libur sekolah
Memang selalu menjadi harapan
“ngabuburit” jalan santai sore
Sambil menunggu azhan maghrib
Memang selalu asyik dilakukan
Saya terpikat oleh isu teman, tentang
masjid nuansa tiongkok yang ada di daerah saya sendiri
sayapun meluruskan niat, untuk menapaki kaki ini
di Masjid tiongkok untuk mengisi ngabuburit hari ini.

Sumber Foto: Pribadi


Menurut berbagai sumber menyebutkan bahwa alamat lengkap masjid tersebut yaitu di Jalan Raya Kampung Sawah No. 100 , RT02/RW08, Kampung Bulak Rata, Kelurahan Pondok Rajeg, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor tersebut ternyata tidak ada angkutan umum untuk akses kesana. Walaupun ada, itu sangat jarang, sehingga mengharuskan menggunakan kendaraan pribadi baik motor ataupun mobil. Menurut pengamatan saya selama dalam perjalanan, Hal tersebut bukan karena kondisi jalan yang rusak parah ataupun kondisi jalan yang sangat sempit, melainkan keadaan lingkungan yang masih sepi dari permukiman membuat angkutan umum tidak melewati rute daerah ini.

Keberadaan masjid ini sangat dikenal di dunia maya, sehingga saya mudah mencari alamatnya. Namun sangat bertolak belakang ketika saya dalam perjalanan kesana menanyakan alamat tersebut kepada warga, kebanyakan mereka mengaku tidak kenal dengan alamat itu. Itu membuat saya merasa aneh, bahkan saya sempat berputar-putar didaerah itu. Dan akhirnya ada beberapa warga yang mengetahuinya namun mereka mengatakan bahwa masjid itu sudah tutup. Semua hal itu menjadi tantangan buat saya untuk mencari tahu yang sebenarnya, ada apa dengan masjid tan kok liong itu?.

Sesampai disana, terpampang gerbang sederhana dengan disampingnya terdapat beberapa kolam kecil yang berjajar rapi. Dari gerbang tersebut masjid tan kok liong yang berlantai empat tersebut sudah sangat terlihat indah dan mengagumkan. Memasuki kawasan yang memiliki luas sekitar satu hectare tersebut saya disambut oleh beberapa penjaga yang sedang merenovasi suatu gedung berlantai satu yang ternyata merupakan asrama bagi para santri pesantren At’tabbiin, namun sambutan itu terasa sangat rahasia bagi saya. Ya, masjid tan kok liong merupakan bagian dari pesantren Attabiin yang dibangun di di wilayah masjid itu.

Salah seorang penjaga mengatakan bahwa sedang ada renovasi dan pemilik masjid yang bernama Mohammad Ramdan Effendi atau lebih dikenal dengan nama Anton sedang tidak ada di lokasi. Saya mencoba meminta izin untuk melihat-lihatnya sebentar saja disekitar masjid, dan beruntung, saya diberikan izin.

Bangunan yang menjulang tinggi itu didominasi warna merah dan warna hijau pekat. Ornamen naga terpampang di semua sudut atapnya yang tersusun empat lantai. Yang terdiri dari Lantai dasar yang digunakan untuk kantor pesantren, kemudian lantai satu dan dua untuk shalat dan tiga serta empat dikosongkan. Terdapat sebuah kuba yang menjadi ciri bahwa bangunan ini adalah sebuah masjid, uniknya Kubah masjidnya berukuran kecil dan berwarna emas seperti kubah emas berada di atap depan lantai dasar tersebut tidak seperti pada masjid umumnya, yang mana kubahnya tersebut selalu paling atas keberadaannya. Kemudian, untuk menuju lantai atas dapat melalui sebuah tangga yang cukup besar dan berada disamping bagunan tersebut.

Bangunan tersebut memiliki Cat dinding yang berwarna merah, sedangkan pilarnya disertai warna merah marun, namun ada juga dua beberapa pilar yang berwarna keemasan. Kemudian pada bagian atapnya berwarna hijau dan terdapat banyak Ornamen naga khas arsitektur Tiongkok yang menghiasi semua sudut atapnya yang bertingkat tiga. Kemudian terdapat Papan nama yang bertuliskan “Masjid Jami Tan Kok Liong”  bergaya tulisan Tiongkok, dan terdapat lafaz Allah pada pucuk atapnya.  Saya menemukan bebrapa cirri yang dapat menjadi tanda bahwa bangunan ini adalah sebuah masjid, yaitu pertama tentunya terdapat lafal Allah pada pucuk atapnya. kemudian papan namanya yang jelas bertuliskan "Masjid Jami' Tan Kok Liong". Dan selanjutnya yaitu, kubah emas walau berukuran tida sangat besar terdapat di bagian atap.

Itu lah hal yang unik dari masjid antic ini. Saya kembali memfokuskan untuk mendapatkan secara langsung mengenai cerita-cerita yang berkembang tentang sejarah masjid ini, namun saya baru ingat bahwa pemilik tempat ini sedang tidak ada di lokasi. Menurut berbagai sumber  di media oline, menyebutkan bahwa masjid Jami' Tan Kok Liong mulai dibangun pada 2005 dengan dana 2 Milyar Rupiah. Ide awalnya muncul dalam kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Cina tahun 2004. Dalam kunjungan tersebut, Presiden Yudhoyono berusaha meyakinkan pengusaha Cina supaya bersedia menanamkan modalnya di Indonesia. Anton pendiri masjid ini, yang hanya melihat acara tersebut di televisi, tergerak untuk menunjukkan kepada pengusaha Cina bahwa komunitas Tionghoa di Indonesia diakui dan dilindungi pemerintah.

Bermodal keuntungan usaha percetakan dan sablon bagi peserta Pemilu 2004, Anton mulai mendesain bentuk masjid bergaya klenteng. Dia mendesain sendiri tanpa jasa arsitek atau desainer interior. Untuk mewujudkannya, Anton berburu VCD bentuk-bentuk istana di Cina ke Pluit. Dari berbagai bentuk itu akhirnya terpilih tiga istana: Istana Dinasti Ching, Ming, dan Han. Pilihan jatuh pada istana Dinasti Ching, yang mendekati kemiripan dengan desain masjid di Indonesia.

Menurut Anton yang diambil dari kutipan vivanews.com, Nama Tan Kok Liong sendiri
diambil dari nama kecil Anton Medan dan sebelum membangun masjid, dirinya melakukan survei terhadap bangunan-bangunan kuno China. Dia membandingkan bentuk bangunan pada masa Dinasti Qing, Ming, dan Han. "Saya akhirnya memilih tipe istana Dinasti Qing, yang mendekati kemiripan dengan desain masjid di Indonesia dan Saya sendiri yang merancang masjid ini. Untuk membangunnya, saya habiskan waktu 4 bulan 17 hari "  ungkapnya kepada vivanews.com.

walupun kunjungan ini kurang memuaskan bagi saya, saya tetap merasa beruntung menyaksikan secara langsung masjid nuansa tiongkok ini.



Tidak ada komentar: