kenangan

  • Replace This Text With Your Featured Post 1 Description.
  • Replace This Text With Your Featured Post 2 Description.
  • Replace This Text With Your Featured Post 3 Description.
  • Replace This Text With Your Featured Post 4 Description.

Sabtu, 28 Juli 2012

Kejutan Ultah yang ditunggu


Bahagianya ketika kelasku siang itu hiruk pikuk dengan tepuk tangan yang meriah dan uluran tangan yang diberikan dari semua teman kelasku termaksud aku, untuk Tia sekertaris kelasku yang membuat ia menangis tersedu-sedu dengan senyuman kebahagiaan, karena ulang tahunya pada hari ini melibatkan banyak orang yang tak pernah ia bayangkan.  Awalnya kelas aku tak seramai ini, bahkan kelasku sangat tegang dan mendebarkan, ketika beberapa unsur pimpinan yang sangat kami hormati dan disegani oleh seluruh lapisan sekolah datang ke kelas kami. Misalnya saja umi, panggilan sayang kami untuk wakil urusan humas sekaligus guru bahasa inggris yang sangat kami idolakan. Kemudian beberapa tim Penegak Disiplin (PDS) yang sangat kami segani, dan kami selalu berusaha menjaga hubungan baik, dengan cara menjadi siswa yang baik. Aku pun bertanya pada kiky, teman satu meja aku.

  kiky, ada apa ini ya?” Tanya aku heran
“ kamu akan tahu nanti.” Jawabnya dengan senyum.

Aku pun semakin dibuat penasaran, kiky saja tahu ini ada apa. Tapi mengapa aku tidak tahu. Aku mencoba mengingat-ngingat apakah aku tadi terlalu lama meninggalkan kelas saat aku memanggil guru pada pergantian jam pelajaran. Tapi aku fikir tidak. Aku pun hanya bisa menunggu jawaban itu. Umi pun mulai berbicara, dan tim PDS menatap kami dengan tegas. Membuat kami menundukan kepala.


“ di kelas ini, ada anak yang ketahuan mempunyai perilaku yang buruk, dan sudah tercatat banyak pelanggaran dicatatan tim PDS. Terakhir kasusnya adalah tidak memakai sepatu sekolah kita. Tapi dia kabur dan tidak melapor.” Ungkap umi.

Sontak kami sekelas pun merinding mendengar nada umi berbicara dengan tegas, aku pun bertanya-tanya dalam hati siapa yang melakukan itu dikelas ini. Tentu bukan aku, karena sekalipun sepatu ku basah kuyup aku tak berani memakai yang lain. Herannya Tia yang snagat pandai berbicara dan ajgoan debat dalam diskusi hingga terkenal oleh semua anak kelas  sepuluh, hanya diam saja. Aku fikir dia akan langsung bertanya, seperti biasanya yang selalu ingin tahu. Tai kali itu diam membisu.

“ umi mendapat laporan ini dari tim PDS dan dari kesisiswaan, makanya umi yang langsung turun sendiri menanganinya. Kami akan memanggil anak itu. Datanya ada di kesiswaan silakan dipanggil pak.” Perintah umi kepada urusan kesiswaan.

Akhirnya kesiswaan pun menyebutkan saat nama yang sontak tentu mengaggetkan aku. “Tia Azizah” akhirnya Tia dipanggil ke depan kelas dan tia mendapat teguran dari umi, dihadapan kami. Tia yang sangat pemberani dan berpendiriian mencoba menjelaskan dan membela dirinya. Hal itu dianggap umi, dia berani melawan umi dan tia mulai berkilah.



“ maafkan saya umi, saya hanya mencoba mengatakan yang sebenarnya. Bahwa sepatu saya memang basah dan kalau urusan bertengkar dengan teman itu bukan saya yang memulai. Saya tidak takut dengan siapapun umi, selama saya tidak bersalah. Ayah saya selalu mengajarkan kepada saya untuk berpendiriaan dan tidak penakut, selama saya benar.” Ungkapnya dengan menahan air mata yang mulai mengucur.

Umi pun kembali menceramahi dia, dan membuat ia semakin berusaha menghapus air mata hingga sampai waktunya tiba ketika umi menyebutkan selamat ulang tahun tia yang membuat tia terbelangak.

“selamat ulang tahun nak, maafkan umi. Ini kejutan pembelajaran untuk mu supaya terus belajar lebih tagar dan berpendiriaan.” Ungkap umi dengan lembut sambil memeluk dengan penuh kasih sayang.

Aku yang sekedar menyaksikan Umi yang memeluk tia saja, sangat bisa aku rasakan harum kasih sayang nya dan sentuhan doanya, apalagi tia yang sunguh nyata dipeluk. Begitupun teman-teman yang meneteskan air mata mereka. Kemudian Irvi dan Nindy bendahara kelas ku, membawakan kue ulang tahun cantik dan kami sama-sama meniup dan mengucapkan doa, disusul dengan makan bersama.

Tanpa aku sadar aku pun mulai turut dalam kebahagian tia yang menuju kesedihan ku, akan harapan yang selalu aku tunggu itu. Sejak SD aku selalu menunggu hal itu. Aku kembali mengingat barisan-barisan harapan ku sejak aku kecil.

Berlalunya usia ku yang ke 7 aku tak pernah lagi merasakan ulang tahun. Kalaupun saat itu aku ulang tahun yang ke tujuh dan diberikan keue ulang tahun oleh kedua orang tua aku itu bukan sebuah kejutan tapi itu memang sudah di rencanakan bahkan aku yang memintanya sendiri.  memang keluarga ku tak pernah membiasakan budaya barat itu terlau melekat dalam keluargaku. Sehingga ulang tahun sangat jaga jarak dengan keluargaku.

Ketika umur ku tiga sebelas tahun, saat itu adik aku, putri berulang tahun, dan aku pun sama. Tetapi, hanya putri yang dia ajak teman-teman pergi, dan aku tidak. Aku bingung dengan hal itu. Aku menunggu mereka pulang dengan sedih, dan penuh Tanya. Saat mereka kembali. nampak dari kejahuan mereka sangat bahagia dan tertawa bersama. Putrid dengan basah kuyup oleh air dan telor, ditambah hiasan terigu diseluruh rambutnya, memahami ku bahwa ia sehabis di “ceplok” (istilah dikerjain saat ulang tahun). Aku pun pura-pura bertanya kepada hesti.

“hes, putri kenapa? Wah parah kamu, bikin ade aku bau begitu, ia tau deh yang pintre make up mah?” ledek ku padanya.
“oh itu, dia habis kita ceplok, tenang  saja kita engga bakal nyeplok kamu kok pit. Haha. Udah gak bakal mempan sama kamu mah, yang ada kita cape banget  untuk nangkep kamu nanti. Kalau putri kan pendiem orangnya, dan polos jadi gampang buat kita nyeplok ke dia, lagian gak mau ambil resiko ahk, nanti kamu juga nyeplok aku lagi lebih parah lagih. haha.” Ungkapnya sambil geli dihadapan ku.

Walau hesti menyampaikan dengan bercanda, tapi ungkapan itu sangat melekat dihati aku. Saat itu aku mencoba introspeksi diri. Aku tahu saat SD aku memang seperti anak laki-laki suka bermain sepeda kemana-mana, bermain bola bahkan bermain catur. Aku sadar saat itu aku memang selalu mengasyikan diri bercanda dengan meledek dan usil kepada mereka. Tapi aku kira mereka akan lebih senang kepada aku karena berbaur dengan mereka, berbeda dengan putrid yang hanya didalam rumah. Yang pasti akan mereka segani. Tapi ternyata aku salah mereka lebih menyukai putri yang pendiam itu.

Sejak saat itu aku mulai membenahi diri ku, dan berusaha menjadi seperti putri. Untuk menjadi apa yang disukai oleh teman-teman ku. Saat memasuki SMP aku sangat berubah drastis, bukan sekedar  aku buat-buat, tapi memang Alloh mengabulkan doa aku untuk menjadi pendiam. Aku selalu menyaksikan kejutan untuk eman-teman ku di SMP tapi kenapa tak pernah aku dapatkan, sekalipun aku suda menjadi seperti putri. Hingga aku masuk SMA hal itu ternyata benar aku lewatkan, tanpa kejutan apapun untukku. Di SMA Pun sama aku masi pendiam karena aku belum menemukan petunjuk lain, seperti hesti yang dulu member penjelasan padaku.

Sampai akhirnya kisah tia itu datang dan kembali membangun kan dari lamunan panjang yang penuh harapan, oleh tepukan kiky yang heran melihatku melamun penuh air mata.

“ Fit, kamu baik-baik aja?” Tanya kiky.
“ iya laila, aku engga apa-apa, makasih ya.” ungkap aku.

Akhirnya acara makan-makan pun selesai dan bel pulang pun bunyi, aku masi terdia dan selalu berharap aku dapat merasakan kejutan seperti itu. Aku tau dibentak-bentak itu hal yang paling aku tidak suka, dan bukan karena kue ulang tahun yang aku suka.
namun bukan kedua hal itu yang aku liat, tapi perhatian dan kepedulian mereka terhadap aku yang bererti untuk ku, sehingga aku dapat merasa bahwa mereka sangat menyayangiku. Aku mulai kembali menanyakan sesuatu kepada laila yang tiba-tiba wulan datang dan malah yang menjawab semua pertanyaan aku.

“ kiky, menurut kamu ini aku orangnya seperti apa? Apa kamu merasa nyaman temenan sama aku? Aku pengen seperti tia, yang mendapatka kejutan itu. Agaimana caranya ya untuk bisa seperti itu.”

Kiky namapak kebingungan dan aku mulai melihat bahwa ia tertawa tertahan.

“kenapa kamu seperti mau ketawa, apa yang aku tanyaiin tadi sangat memalukan?” Tanya aku penuh sesal.

Tapi, tiba-tiba wulan datang.

“tentu saja lucu pit, kamu itu orang nya penuh lemah lembut, pendiam dan sangat baik hati terhadap semua orang, siapapun itu kamu sangat ramah. Siapa yang akan tega melakukan smeua seprti tia kepada mu. Aku rasa tidak aka nada. Karena kamu snagat disegani oleh kita semua. Berbeda dengan hal tia, dia yang usil terhadap kita semua, dia yang paling rame dia yang paling jago untuk lelucoan. Yang membuat kita untuk memberikan dia kejutan bagaimana rasanya dikerjain. Hehe” dia tersenyum setelah menjabarkan itu.

Aku kembali sangat terkejut, dan semakin terpuruk. Itu semua bertolak belakang dengan saat waktu SD, aku tak bisa diberikan kejutan oleh teman-teman karena aku jail dan mereka takut lebih dijahili oleh ku. Sampai akhirnya aku berubah dan menunggu kejutan itu hingga melewati SMP aku belum kunjung dapat hal itu. Harapan masi aku simpan baik-baik namun semua itu berantakan ketika mendengar penjelasan wulan. Aku pusing dibuat oleh dua pernyataan yang berbeda untuk sebuah tujuan harapan yang sama, “kejutan ulang tahun”.

Namun, aku memutuskan untuk tetap mejadi seperti ini, aku tidak mau kembali ke seperti dahulu. Karena hakikatnya aku adalah perempuan yang harus bersikap lembut selayaknya wanita. Tapi aku juga tak berhenti berharap jika suatu saat nanti aku pasti akan mendapatkan kejutan ulangtahun ku.



Tidak ada komentar: