Bahagianya ketika kelasku siang itu hiruk pikuk dengan
tepuk tangan yang meriah dan uluran tangan yang diberikan dari semua teman
kelasku termaksud aku, untuk Tia sekertaris kelasku yang membuat ia menangis
tersedu-sedu dengan senyuman kebahagiaan, karena ulang tahunya pada hari ini
melibatkan banyak orang yang tak pernah ia bayangkan. Awalnya kelas aku tak seramai ini, bahkan
kelasku sangat tegang dan mendebarkan, ketika beberapa unsur pimpinan yang
sangat kami hormati dan disegani oleh seluruh lapisan sekolah datang ke kelas
kami. Misalnya saja umi, panggilan sayang kami untuk wakil urusan humas
sekaligus guru bahasa inggris yang sangat kami idolakan. Kemudian beberapa tim Penegak
Disiplin (PDS) yang sangat kami segani, dan kami selalu berusaha menjaga
hubungan baik, dengan cara menjadi siswa yang baik. Aku pun bertanya pada kiky,
teman satu meja aku.
“ kiky, ada apa
ini ya?” Tanya aku heran
“ kamu akan tahu nanti.” Jawabnya dengan senyum.
Aku pun semakin dibuat penasaran, kiky saja tahu ini
ada apa. Tapi mengapa aku tidak tahu. Aku mencoba mengingat-ngingat apakah aku
tadi terlalu lama meninggalkan kelas saat aku memanggil guru pada pergantian
jam pelajaran. Tapi aku fikir tidak. Aku pun hanya bisa menunggu jawaban itu.
Umi pun mulai berbicara, dan tim PDS menatap kami dengan tegas. Membuat kami
menundukan kepala.
“ di kelas ini, ada anak yang ketahuan mempunyai
perilaku yang buruk, dan sudah tercatat banyak pelanggaran dicatatan tim PDS.
Terakhir kasusnya adalah tidak memakai sepatu sekolah kita. Tapi dia kabur dan
tidak melapor.” Ungkap umi.
Sontak kami sekelas pun merinding mendengar nada umi
berbicara dengan tegas, aku pun bertanya-tanya dalam hati siapa yang melakukan
itu dikelas ini. Tentu bukan aku, karena sekalipun sepatu ku basah kuyup aku
tak berani memakai yang lain. Herannya Tia yang snagat pandai berbicara dan
ajgoan debat dalam diskusi hingga terkenal oleh semua anak kelas sepuluh, hanya diam saja. Aku fikir dia akan
langsung bertanya, seperti biasanya yang selalu ingin tahu. Tai kali itu diam
membisu.
“ umi mendapat laporan ini dari tim PDS dan dari
kesisiswaan, makanya umi yang langsung turun sendiri menanganinya. Kami akan
memanggil anak itu. Datanya ada di kesiswaan silakan dipanggil pak.” Perintah
umi kepada urusan kesiswaan.
Akhirnya kesiswaan pun menyebutkan saat nama yang
sontak tentu mengaggetkan aku. “Tia Azizah” akhirnya Tia dipanggil ke depan
kelas dan tia mendapat teguran dari umi, dihadapan kami. Tia yang sangat
pemberani dan berpendiriian mencoba menjelaskan dan membela dirinya. Hal itu
dianggap umi, dia berani melawan umi dan tia mulai berkilah.
“ maafkan saya umi, saya hanya mencoba mengatakan yang
sebenarnya. Bahwa sepatu saya memang basah dan kalau urusan bertengkar dengan
teman itu bukan saya yang memulai. Saya tidak takut dengan siapapun umi, selama
saya tidak bersalah. Ayah saya selalu mengajarkan kepada saya untuk
berpendiriaan dan tidak penakut, selama saya benar.” Ungkapnya dengan menahan air
mata yang mulai mengucur.
Umi pun kembali menceramahi dia, dan membuat ia
semakin berusaha menghapus air mata hingga sampai waktunya tiba ketika umi
menyebutkan selamat ulang tahun tia yang membuat tia terbelangak.
“selamat ulang tahun nak, maafkan umi. Ini kejutan
pembelajaran untuk mu supaya terus belajar lebih tagar dan berpendiriaan.”
Ungkap umi dengan lembut sambil memeluk dengan penuh kasih sayang.
Aku yang sekedar menyaksikan Umi yang memeluk tia
saja, sangat bisa aku rasakan harum kasih sayang nya dan sentuhan doanya,
apalagi tia yang sunguh nyata dipeluk. Begitupun teman-teman yang meneteskan
air mata mereka. Kemudian Irvi dan Nindy bendahara kelas ku, membawakan kue
ulang tahun cantik dan kami sama-sama meniup dan mengucapkan doa, disusul dengan
makan bersama.
Tanpa aku sadar aku pun mulai turut dalam kebahagian
tia yang menuju kesedihan ku, akan harapan yang selalu aku tunggu itu. Sejak SD
aku selalu menunggu hal itu. Aku kembali mengingat barisan-barisan harapan ku
sejak aku kecil.
Berlalunya usia ku yang ke 7 aku tak pernah lagi
merasakan ulang tahun. Kalaupun saat itu aku ulang tahun yang ke tujuh dan
diberikan keue ulang tahun oleh kedua orang tua aku itu bukan sebuah kejutan
tapi itu memang sudah di rencanakan bahkan aku yang memintanya sendiri. memang keluarga ku tak pernah membiasakan
budaya barat itu terlau melekat dalam keluargaku. Sehingga ulang tahun sangat jaga
jarak dengan keluargaku.
Ketika umur ku tiga sebelas tahun, saat itu adik aku,
putri berulang tahun, dan aku pun sama. Tetapi, hanya putri yang dia ajak
teman-teman pergi, dan aku tidak. Aku bingung dengan hal itu. Aku menunggu
mereka pulang dengan sedih, dan penuh Tanya. Saat mereka kembali. nampak dari
kejahuan mereka sangat bahagia dan tertawa bersama. Putrid dengan basah kuyup
oleh air dan telor, ditambah hiasan terigu diseluruh rambutnya, memahami ku
bahwa ia sehabis di “ceplok” (istilah dikerjain saat ulang tahun). Aku pun
pura-pura bertanya kepada hesti.
“hes, putri kenapa? Wah parah kamu, bikin ade aku bau
begitu, ia tau deh yang pintre make up mah?” ledek ku padanya.
“oh itu, dia habis kita ceplok, tenang saja kita engga bakal nyeplok kamu kok pit.
Haha. Udah gak bakal mempan sama kamu mah, yang ada kita cape banget untuk nangkep kamu nanti. Kalau putri kan
pendiem orangnya, dan polos jadi gampang buat kita nyeplok ke dia, lagian gak
mau ambil resiko ahk, nanti kamu juga nyeplok aku lagi lebih parah lagih.
haha.” Ungkapnya sambil geli dihadapan ku.
Walau hesti menyampaikan dengan bercanda, tapi
ungkapan itu sangat melekat dihati aku. Saat itu aku mencoba introspeksi diri.
Aku tahu saat SD aku memang seperti anak laki-laki suka bermain sepeda
kemana-mana, bermain bola bahkan bermain catur. Aku sadar saat itu aku memang
selalu mengasyikan diri bercanda dengan meledek dan usil kepada mereka. Tapi
aku kira mereka akan lebih senang kepada aku karena berbaur dengan mereka,
berbeda dengan putrid yang hanya didalam rumah. Yang pasti akan mereka segani.
Tapi ternyata aku salah mereka lebih menyukai putri yang pendiam itu.
Sejak saat itu aku mulai membenahi diri ku, dan
berusaha menjadi seperti putri. Untuk menjadi apa yang disukai oleh teman-teman
ku. Saat memasuki SMP aku sangat berubah drastis, bukan sekedar aku buat-buat, tapi memang Alloh mengabulkan
doa aku untuk menjadi pendiam. Aku selalu menyaksikan kejutan untuk eman-teman
ku di SMP tapi kenapa tak pernah aku dapatkan, sekalipun aku suda menjadi
seperti putri. Hingga aku masuk SMA hal itu ternyata benar aku lewatkan, tanpa
kejutan apapun untukku. Di SMA Pun sama aku masi pendiam karena aku belum
menemukan petunjuk lain, seperti hesti yang dulu member penjelasan padaku.
Sampai akhirnya kisah tia itu datang dan kembali
membangun kan dari lamunan panjang yang penuh harapan, oleh tepukan kiky yang
heran melihatku melamun penuh air mata.
“ Fit, kamu baik-baik aja?” Tanya kiky.
“ iya laila, aku engga apa-apa, makasih ya.” ungkap
aku.
Akhirnya acara makan-makan pun selesai dan bel pulang
pun bunyi, aku masi terdia dan selalu berharap aku dapat merasakan kejutan
seperti itu. Aku tau dibentak-bentak itu hal yang paling aku tidak suka, dan
bukan karena kue ulang tahun yang aku suka.
namun bukan kedua hal itu yang aku liat, tapi
perhatian dan kepedulian mereka terhadap aku yang bererti untuk ku, sehingga
aku dapat merasa bahwa mereka sangat menyayangiku. Aku mulai kembali menanyakan
sesuatu kepada laila yang tiba-tiba wulan datang dan malah yang menjawab semua
pertanyaan aku.
“ kiky, menurut kamu ini aku orangnya seperti apa? Apa
kamu merasa nyaman temenan sama aku? Aku pengen seperti tia, yang mendapatka
kejutan itu. Agaimana caranya ya untuk bisa seperti itu.”
Kiky namapak kebingungan dan aku mulai melihat bahwa
ia tertawa tertahan.
“kenapa kamu seperti mau ketawa, apa yang aku tanyaiin
tadi sangat memalukan?” Tanya aku penuh sesal.
Tapi, tiba-tiba wulan datang.
“tentu saja lucu pit, kamu itu orang nya penuh lemah
lembut, pendiam dan sangat baik hati terhadap semua orang, siapapun itu kamu
sangat ramah. Siapa yang akan tega melakukan smeua seprti tia kepada mu. Aku
rasa tidak aka nada. Karena kamu snagat disegani oleh kita semua. Berbeda
dengan hal tia, dia yang usil terhadap kita semua, dia yang paling rame dia
yang paling jago untuk lelucoan. Yang membuat kita untuk memberikan dia kejutan
bagaimana rasanya dikerjain. Hehe” dia tersenyum setelah menjabarkan itu.
Aku kembali sangat terkejut, dan semakin terpuruk. Itu
semua bertolak belakang dengan saat waktu SD, aku tak bisa diberikan kejutan
oleh teman-teman karena aku jail dan mereka takut lebih dijahili oleh ku.
Sampai akhirnya aku berubah dan menunggu kejutan itu hingga melewati SMP aku
belum kunjung dapat hal itu. Harapan masi aku simpan baik-baik namun semua itu
berantakan ketika mendengar penjelasan wulan. Aku pusing dibuat oleh dua
pernyataan yang berbeda untuk sebuah tujuan harapan yang sama, “kejutan ulang
tahun”.
Namun, aku memutuskan untuk tetap mejadi seperti ini,
aku tidak mau kembali ke seperti dahulu. Karena hakikatnya aku adalah perempuan
yang harus bersikap lembut selayaknya wanita. Tapi aku juga tak berhenti
berharap jika suatu saat nanti aku pasti akan mendapatkan kejutan ulangtahun
ku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar