kenangan

  • Replace This Text With Your Featured Post 1 Description.
  • Replace This Text With Your Featured Post 2 Description.
  • Replace This Text With Your Featured Post 3 Description.
  • Replace This Text With Your Featured Post 4 Description.

Sabtu, 28 Juli 2012

Jatuh bangun, mencari sahabat

 
Saat itu aku bahagia,  sangat bahagia bersekolah di sekolah impian ku. Saat itu aku bahagia membayangkan di sekolah ini aku akan belajar menuju cita-cita ku.  Dan kebahagian ku lengkap ketika aku mulai merasa alloh menjawab doa ku dan memberikan sahabat yang sudah sangat ku rindukan kehadirannya.  Aku duduk bersama kiky dikelas sepuluh ini. Kami mulai berkomunikasi dengan baik dan saling mengerti satu sama lain.

Aku sangat senang dengan sahabat baru ku itu, walaupun aku belum yakin kiky menganggapku juga sahabat dia atau tidak. Kiky teman yang menyenangkan dan ada saja tingkahnya yang lucu. Dia sangat dikenal dengan “Ms. Mirror.” Karena ia selalu membawa cermin dan bercermin dengan gayanya yang lucu. Dan itu membuat aku selalu terhibur olehnya.

Di Sisilain yang aku suka darinya adalah dia lebih memilih ke masjid dengan ku disbanding ke kantin. dan aku selalu pergi ke masjid bersama untuk sholat. Sekalipun waktu ashar sangat sempit dengan waktu istirahat kami. Ataupun saat hujan mengguyur waktu masuk sholat ashar tiba, aku fikir aku akan pergi sendirian ke masjid. Ternyata tidak, kiki pun sama pergi dengan ku. Kiky dan aku selalu membawa mukena setiap hari walaupun seberapa berat dan penuhnya tas kami. Itu yang membuat aku berfikir bahwa kita itu sehati. Walau ada sifat-sifatnya yang sama sekali tidak aku suka dan sering membuat aku sedih.  Tapi itu aku jadikan sebagai bahan belajar untuk saling mengerti. Karena mencari sahabat dalam kesempurnaan bagi ku itu hanya sekedar mencari keuntungan untuk pribadi.

Suatu saat, aku duduk disampingnya dibawah pohon rindang sambil menunggu waktu jum’at an selesai. Aku mulai memberanikan diri menceritakan kepada kiky bahwa aku sangat senang berteman dengannya.
“kiky, makasih ya. Udah mau temenan sama aku. Maafin aku kalau aku suka ngerepotin kamu.” Setidaknya itulah kalimat pembuka yang dapat aku mulai.

“ iya fitri, sama-sama. Engga kok. Apaan sih fit” ungkapnya dengan tertawa.
“aku mau bilang kalau aku seneng banget temenan sama kamu. Kamu udah beneran kaya sahabat aku. Kiky aku hanya mau cerita, aku udah lama pengen punya temen yang bisa sama-sama kaya gini. Aku berharap banget kamu bisa terus seperti ini” ungkap aku.
“iya fit tenang aja, aku juga seneng ko punya sahabat kaya kamu. Udahlah jangan sedih-sedihan gini. Oke oke” ungkapnya dengan berkedip-kedip mata.

Akupun tersenyum lebar melihatnya, ditambah dengan ungkapannya yang menyatakan bahwa aku ini adalah sahabat dia. Oh.. bahagianya hati ini.

Namun enam bulan aku elanjutnya, aku semakin merasa tertekan dan semakin tidak tahan dengan enam bulan yag aku rasakan dengan perlakuan kiky terhadap aku. Setiap latihan soal, pelajaran berhitung-hitung kiky selalu sibuk dan asyik sendiri, kemudian  ulangan matematika, kimia dan fisika. Kiky selalu sama sekali tidak memberi tahu sedikit saja kepada aku. Memangg, sikap kiky itu diberikan bukan hanya kepada aku tapi kepada semua temen kelas aku. Tapi aku sangat sedih kenapa kiky  seperti itu sekali. Anehnya setiap pelajaran sastra dan menghapal aku selalu membantunya, bahkan saat pelajaran bahasa sundad aku tak segan-segan memberitahu semua jawabanya ketika kiky meminta ku dengan rautan wajih sedih. Aku pun melakukanya, tujuan aku satu akau hanya mau kiky mengerti bahwa setiap orang itu punya kelebihan dan kekurangan. Harus saling membantu dan melengkapi. Aku pun berbicara padanya.

“kiky aku mohon, kamu juga mau mengerti aku. Aku terbatas dalam pelajaran berhitung. Aku mohon bantu aku.” Ungkap aku
“iya fit, nanti kamu liat aja buku aku. Kalau aku udah dinilai tapi pas latihan soal. Oke” jawabnya.
“bukan itu yang aku mau, aku minta bimbingan mu. Ajarin aku.” Ungkapnya.
“adu fit, kamu tuh yang engga ngerti aku, aku itu susuah kalau ngajarin orang.  Gak Kamu minta ajarin guru aja, atau ikut les” ungkapnya.

Selain itu sikap kiky yang aku tidak suka adalah dia sangat  tidak mengerti perasaan. Saat itu kipasnya jatuh dibawah kaki aku dan dia, namun dia meminta aku menagmbilkannya padahal kipas itu masi bisa dia ambil sendiri. Dia hanya sibuk bercermin ketika menyuruh aku. Aku pun mengambilkannya. Namun ia sama sekali tidak bilang terimakasih, ia malah menyuruhku lagi.

“ ini kiky kipas mu.” Kata aku.
“ iya fit, taruh atas tas aku aja.” Ungkapnya.

Aku sangat sedih. Ketika aku mulai ingat sesuatu. Aku harus ke ruang guru menemui ibu Irma untuk membantunya mendata nilai. Aku mengajak kiky untuk membantu ibu Irma. Tapi kiky tida mau. Ketika aku tanya memberanikan protes kepadanya. Kiky malah marah kepada aku.

“kiky kok kamu sekarang  gitu, aku selama ini selalu bersedia mengantar kamu kemana saja. Bahkan membelikan yang kamu mau dikantin.  Aku hanya meminta kamu untuk membantu ibu Irma bersama aku.” Ungkap aku.

“loh kok kamu jadi itungan gitu sih. jadi selama in kamu gak ihklas ya. Bukankah kamu sendiri yang bilang sama aku, kalau kamu merasa senang seperti selalu diantar ke masjid oleh aku. Emang itu belum cukup untuk menggantikan posisi ku untuk mengantar mu ke ibu Irma?” jawabnya yang langsung pergi meninggalkan aku.

Aku sangat sedih, kenapa kiky seperti itu kepada aku. Kenapa ia lebih sering menyakiti aku.  Hari itu aku sengaja untuk pulang terlambat, aku tetap di sekolah menunggu maghrib datang. Sambil menunggu, sore itu masjid sepi dan aku duduk dan bersandaraan pada pondasi masjid itu. Aku menangis dan mengadu keada Alloh tentang kesedihan itu.  Sontak, aku teringat kjadian ini yang sama persis sering terulang tanpa aku sadari. Aku pun coba mengingat-ngingatnya kembali.

Dan akhirnya aku berhasil mengingat, kisah ini ternyata sudah aku alami sejak kelas empat SD. Saat kelas empat hingga kelas enam aku juga merasa meliki sahabat yang telah aku temukan tapi ketika aku berhasil menyatkan bahwa dia adalah sahabat aku. Lambat laut mengecewakan ku. Dan menepis harapan ku akan sahabat untuk aku. Hingga memasuki kelas satu SMP aku tetap berharap mempunyai sahabat. Hal serupa aku rasakan sama ketika aku duduk dengan resti, dia baik dan tidak pelit dalam memberiku bimbingan belajar. Ketika aku sudah menganngap dia adalah sahabat aku, dia mengecwakan aku. Selama  satu tahun dia selalu memamerkan aku dengan rambut nya yang tebal dan bagus. Hingga suatu saat rabut yang senagja ia kibaskan itu mengenai mataku dan aku snagat perih kewalahan dalam menyembuhkannya. Yang sangat aku sedihkan adalah ejekan nya saat aku mulai sering memakai minyak keletik yang biasa dipakai nenek nenek dengan banyak sindiran untuk ku yang sering ia lakukan. Akhirnya aku pindah duduk dengannya.

Saat kelas delapan, aku sangat bahgia tidak bersama resti. Dan aku melanjutkan tetap menanamkan harapan aku punya sahabat walau hanya satu saja. Aku kelas delapan mengikuti eskul PMR yang menuntut kepada ku untuk terus berkiprah di bidang kepalang merahaan hingga tua nanti. Aku sekelas dengan umi malihah yang duduk di baris belakang aku. Keakraban kami muncul ketika ia meminta aku untuk bercerita tentang bagaimana asiknya PMR. Dan aku berhasil membuat dia mau masuk menjadi anggota PMR. Kami pun semakin dekat. Dan aku pun menganggap umi sebagai sahabat aku. Ketika itu maulid nabi akan tiba,  dan sekolah kami merayakannya. Aku berinisiatif ingin menampilkan kosidahan, aku mulai mengajak teman-teman dan aku senang jumlah tim yang dibutuhkan mencukupi.

Aku dan umi pun mendaftarkan diri untuk memberikan sumbangsih dalam acara tersebut yaitu kosidahan. Walaupun di sekolah kami sudah ada marawis tapi bagi kami, kaum perempuan pun harus ada. Tapi ketika pejalanan latihan yang sangat dari awal karena hamper semua personil adalah orang awaw dalam hal ini. Namun umi kala itu, mempermainkan tim kami dengan mengancam akan mundur. Ketika kami menegurnya karena ia selalu mengatakan bahwa liat aja gimana nanti aku bisa ikut atau tidaknya. Tentu saja kami kesal, karena kami butuh kepastiaan.

Aku pun mencoba menasehatinya namun ia semakin tambah marah, dan aku yang menjadi sasarnanya.

“sekarang, kalian terserah mau pilih aku atau dia.” Ungkapnya.
“umi,  kenapa bilang gitu? Aku kan sudah berusaha baik di tim ini. Apa salah aku?”
“aku tahu, kamu yang berinisiatif ini, aku tau kamu yang mencari guru untuk membimbing kita. dan aku tahu kamu yang mencari alat-alat rebana ini.” Ungkapnya.
“lalu apa maksud mu?” Tanya aku
“tapi aku juga nyanyi disini, jadi tanpa aku. Kalian juga tidak akan berjalan.” Jawabnya.

Aku sangat sedih mendengar hal itu, aku nagis saat itu juga. Aku tidak menyangka ia sangat seperti itu kepada aku. Namun berkat bujukan teman yang lain, akhirya umi tetap mau bersama tim kami. Hingga acara puncak tiba. Dan kami berhasil tampil dengan baik.

Tidak terasa, azhan maghrib sudah berkumandang, dan aku terbangun dari lamunan. Aku mencoba mengamati sekeliling ku yang mulai berdatangan satpam dan penjaga sekolah yang khendak sholat di Masjid juga. Aku segera menghapus air mata. Dan bergegas berwudhu. Dalam sholat maghrib itu aku berdoa dan tetap berharap serta yakin alloh akan memberikan sabat untuk ku. Dan alloh pasti punya rencana lain untu ku. Aku pun tetap menunggu, walau harus jatuh bangun mencarinya.


Tidak ada komentar: