Kejadian
satu tahun silam yang menyedihkan, sudah aku lupakan. Kini usia ku semakin
dewasa dan mengharuskan sifat ku juga dewasa. Pada tahun ajaran baru ku ini,
aku mendapat kelas yang sangat kurang aku suka. Aku sedih dengan kelas itu.
Namun kesedihan itu tak aku simpan lama-lama. Aku saat itu bingung harus duduk
sama siapa. Ketika aku menuju perpustakaan, disana aku bertemu laila dan aku
menanyakan soal kelas barunya.
“hai
laila, sendirian aja?” Tanya aku
“engga
kok, sama ela fit, fitri udah tahu kelas baru nya belum?” tanyanya.
“sudah,
aku di kelas paling akhir kalau kamu.” Ungkap aku.
“wah
sama dong fit, aku juga di kelas IPS yang akhir. Fit duduk sama aku yuk, mau ga
duduk bareng?” Tanya laila.
Sontak
aku sangat terkejut, laila mengajak aku untuk duduk bersama. Padahal laila
sudah tahu bagaimana repotnya berurusan dengan aku untuk soal pelajaran
berhitung, akupun bertanya dengan heran kepada laila.
“kamu
yakin mau duduk dengan aku? Apa kamu engga takut aku akan merepotkan mu?” Tanya
aku dengan sedih.
“hahaha,
enggalah fit. Santai aja. Duduk bareng oke”
“oke
laila, makasih banyak ya. Kalau gitu nanti aku akan datang lebih pagi untuk
menempati tempat duduk kita. Dibaris ke dua dari depan ya kita duduknya. Oke?”
Aku
pun tersenyum-senyum, dan melanjutkan membaca buku yang aku suka, yaitu Novel.
Keesokanya
aku duduk bersama laila. Kami mulai berkomunikasi dengan baik, karena walau
kami satu kelas tahun lalu, kami tidak terlalu akrab. Aku mulai merasakan
kenyamanan yang sama, senang disamping laila. Beberapa bulan, Dia selalu
bersama aku kemana-mana. Dia juga sangat baik selalu membagi makanan dan siap
sedia mendengarkan aku yang doyan bercerita apapun yang menjadi cerita aku.
Tapi, ketika aisyah yang duduk bersama fika didepan bangku kami, mulai
mendekati laila. Aku memakluminya karena mungkin aisyah ke sepian karena fika
selalu pergi kebangku orang lain.
Saat
itu di kantin, setelah makan siang kami selesaikami santap dengan laap. Aku pun seperti biasa meluapkan cerita aku ke
dia. Aku tahu laila nyamam-nyaman saja ketika aku bercerita apapun. Bahkan
kadang iya yang minta aku untuk bercerita kepadanya. Itu yang membuat aku
nyaman dengannya. Aku pun menceritakan kepada laila tentang perjalanan ku
mencari sahabat, sampai akhirnya aku mengungkapkan sesuatu ke laila.
“laila,
kamu sangat baik kepada aku. Aku seneng banget sama kamu. Tapi maafkan aku
laila, aku tidak bisa menyebut mu sebagai sahabat aku.” Ungkap aku.
Ketika
aku mengucapkan hal itu, laila terlihat terkejut dan heran. Dan aku kembali
melanjutkan ungkapan aku.
“bukannya
aku tidak mau, tapi aku tidak bisa. Karena aku takut laila, aku takut kamu akan
berubah dan aku takut kamu jadi membenci aku, seperti pengalaman aku yang
sebelum-sebelumnya. Aku seakan mengartikan “sebuah cap sahaba aku” pada orang
lain adalah hal yang sangat dilarang, karena setiap setelah aku mengucapkan hal
itu kepada yang sudah aku anggap menjadi sahabat, lambat laun mereka berubah
membuat aku sedih dan menyakiti aku.” Ungkap akau dengan bercucuran air mata.
“engga
kok fit, aku tahu pengalaman itu guru yang baik. Tapi, aku engga akan seperti
itu fit” ungkapnya dengan memeluk aku.
“maafkan
aku laila, aku takut. Aku engga bisa. Aku hanya mau bilang terimakasih sudah
bersama aku.” Ungkap aku.
“baiklah,
ya sudah kalau gitu kamu jangan nangis lagi ya.” Hibur laila pada aku.
Setelah
kejadian itu, aku tampak sangat senang, karena aku yakin laila tidak akan
menyakiti aku. Namun aku salah, laila
menaykiti aku. Sama seperti kiky kejadiannya. Saat itu pelajaran matematika dan
aku meminta bantuan kepada laila untuk mengajari aku, namun laila bilang kalau
dia sedang sibuk.
“aku
lagi sibuk fit, bentar dulu napah.” Ungkapnya dengan nada marah.
Aku
pun kaget dan nyaris meneteskan air mata. namun aku mencoba mengerti dia dan
menunggu dia saat tidak sibuk. Namun ketika ia sudah tidak sibuk. Aku mencoba
meminta nya lagi.
“laila,
tolong ajarin aku ya.” pinta aku
Akhirnya laila pun mengajari aku namun laila
sangat mengajari dengan nada malas dan kesal pada aku. Aku pun segera member
tahu dia kalau aku sudah mengerti. Aku sangat sedih sekali. Namun kesedihan aku
benar mengeluarkan air mata, saat fata dan ratih datang menghampirinya dan
meminta ia mengajarinya, laila pun dengan ceria dan lembut mengarjakannya.
Aku
pun pergi ke kamar mandi untuk menyembunyikan kesedihan aku, dengan membasuh
wajah ku.
Kejadian
itu bukan hanya terjadi saat itu saja, laila selalu melaukan hal itu saat
pelajaran matematika. Aku yakin aku dan laila tidak ada masalah. Dan seusai
pelajaran matematika laila pun kembali baik hati kepada aku. Tapi, suatu saat
saat guru matematika mengadakan games, siapa yang berhasil mengerjakan soal
sebanyak lima buah tersebut dengan nilai seratus, tidak akan di remedial saat
ulangan harian selanjutnya. Kami pun menyambutnya dengan gembira, ditambah saat
mengetahui soal tersebut yang sangat mudah.
Namun
saat itu, ada dua buah soal yang sulit dan aku sama sekali tidak mengerti, aku
mencoba memberanikan diri menanyakan kepada laila, dan laila tetap sama
berkilah tak mau mengajari aku. Dan dia tetap sibuk dengan aisyah mengajari
teman-teman aku yang lain.
Aku
pun sendiri mengerjakan soal-soal itu, namun ervina membantu aku dengan
sukarela. Aku pun senang saat itu
Setelah
beberapa hari kemudian, nilai tersebut dibagikan. Kemudian laila sangat
terlihat kesal dan marah saat melihat nilai miliknya yang mendapa tujuh lima.
Aku pun sama mendapat nilai tujuh lima, namn laila tak mau melihat nilai aku,
dan mengira nilai aku adalah seratus. Dia mulai menyindir dihadapan aku kepada
aisyah.
“sebel
banget, udah susah-susah ngerjain dan di sukarelain dibagiin jawabannya. Eh
tapi aku malah dapet nilai jelek. Hampir semua temen-temen yang lain, dapet
seratus. Gini nih kalau ribet ngerjainnya. Gak bisa focus sendirian.”
Ungkapnya.
Aku
pun yang mendengar hal itu sangat sedih. Semenjak kejadian itu laila jaga jarak
dengan aku. Laila tidak mengajak bicara kepada aku. Bahkan untuk meminjam
penghapus dan meminta tolong, dia lebih memilih kepada orang lain, sedangkan
aku yang di sebelahnya memberikan penghapus tidak di terima olehnya. Bahkan
untuk pelajaran bahasa sunda, dia lebih memilih meminta bantuan kepada orang
lain. Walaupun aku sudah menwarkan diri membantu dia.
Kemudian,
setiap istirahat. Laila selalu pergi bersama aisyah tanpa mengajak aku untuk
ikut bersama mereka. Kemudian saat fika tidak masuk sekolah, laila pergi duduk
bersama aisyah untuk beberapa hari kedepan. Tanpa berpamitan atau bilang
sepatah kata pun kepada ku.
Setelah
fika kembali masuk, namun ia selalu pindah duduk ke belakang untuk mencatat
bersama teman-teman “geng” nya, hal itu dimanfaatkan oleh laila untuk duduk
bersama aisyah. Aku pun selalu sendiri. Suatu saat aku menanyakan semua ini dan
laila hanya menjawab dengan singkat.
“itu
kan hak aku fit, lagian aku juga cape ikut kamu yang suka keliling sekolahan.
Aku lebih enak sama aisyah” Ungkapnya.
Aku
tidak mngerti dengan pernyataan nya itu. Aku memang tidak bisa diam, aku selalu
pergi ke TU, ke ruang guru, ke koperasi, ke ruang pak Andi, ke Masjid dan ke
perpustakaan. Mungkin laila telalu lelah, jika harus bersama aku. Tapi aku tak
pernah meminta itu padanya. Belakangan waktu itu juga aku sudah menyuruhnya
untuk tidak mengikuti aku, karena pasti akan capek. Namun aku sadar, mungkin
rasa capeknya hilang tapi dia merasa kesepian, karena aku yang selalu pergi
kemana-mana. Tapi kenapa jadi menyambung kesitu.
Semenjak
saat itu, aku sudah tidak pernah duduk dengan laila. Aku pun meminta maaf
padanya. Dan kami saling memafkan. Tapi, aku tetap memutuskan untuk tidak duduk
dengan laila dan membiarkan laila duduk dengan aisyah, karena aku sudah tidak
sanggup kalau harus seperti itu.
Ya
Alloh, sampai kapan aku harus seperti ini. Kalaupun hanya sekedar penantian,
mungkin aku pasti akan siap-sipa saja. Namun jika harus dengan kesakitan dan kesedihan
seperti ini, aku sangat tidak sanggup. Dan aku memutuskan untuk, beristirahat
sejenak dengan harapan aku mendapat seorang teman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar