kenangan

  • Replace This Text With Your Featured Post 1 Description.
  • Replace This Text With Your Featured Post 2 Description.
  • Replace This Text With Your Featured Post 3 Description.
  • Replace This Text With Your Featured Post 4 Description.

Selasa, 02 Juli 2013

Resensi Buku Merry Riana


Perjuangan dan perjalanan kesuksesaan

Judul Buku       : Mimpi Sejuta Dollar
Penulis             : Alberthine Endah
Penerbit          : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku      : 362 halaman

Buku yang berjudul Mimpi Sejuta Dolar karya Alberthine Endah berisi kisah hidup seorang Motivator, Penulis sekaligus Pengusaha muda yang sukses, Merry Riana. Seorang wanita yang merupakan anak bangsa Indonesia berhasil menjadi seorang miliuner di usia 26 tahun. Ria, panggilan hangat untuk keluarga dan suaminya ini memiliki kisah hidup yang inspiratif mengenai perjalanan kesuksesannya, sehingga terciptalah buku ini sesuai dengan harapannya untuk berbagi semangat ke semua orang, selain dalam bentuk seminar motivasi yang ia lakukan.
sumber: Pribadi


Perjalanan kesuksesannya bemula kegigihan orang tuanya untuk tetap meyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi, kuliah. Tahun 1998 ia akan melanjutkan ke perguruan tinggi, namun kondisi Negara Indonesia yang krisis moneter secara besar-besaran dan aksi demonstrasi di era Soeharto membuat keluarganya memutuskan menyekolahkannya di singapura, yaitu Nanyang Technological University.


Ia bukan berasal dari keluarga yang kaya raya, dan pilihan ke Singapura adalah pilihan satu-satunya ia untuk bisa melanjutkan kuliah. Biaya untuk Pendidikannya pun mengharuskannya berhutang sebayak 40 juta Dolar atau 300 juta rupiah. Nilai yang fantastis itu telah melejitkan semangatnya untuk segera melunasi hutangnya setelah lulus kuliah, dan ia bertekad untuk mendapatkan kebebasan financial di usianya sebelum 30 tahun.



Tekadnya itupun akhirnya membawanya menadi mahasiswa yang selalu berpikir kritis. Mengelola perjalanan kehidupan. Seperti berhemat, ia mengatur uang sebaik mungkin yang hanya sebesar 10 dolar setiap minggunya, menahan lapar dengan mie instan saja. Kemudian ia menahan kesenangan mudanya, ia selalu gunakan untuk berfikir mencari ide dan jalan untuk dapat menghasilkan uang dengan kerja keras, dibandingkan bersantai di waktu libur kuliah. Ia selalu menyisakan uang penghasilannya untuk ditabung dan berusaha agar uang itu dapat berputar lebih banyak atau ia gunakan untuk membeli buku, dibandingkan pergi untuk liburan. Itulah proses awal dari sebuah tekad yang telah ia tanamkan saat baru menjadi mahasiswa NTU.

Sejak proses awal dengan uang 10 dolar setiap minggunya, dan mie instan yang menjadi makanannya, Tuhan memberikan yang lebih atas kesabaranya itu, yaitu seorang teman bernama Alva dari fakultas teknik dan merupakan mahasiswa asal Indonesia juga, yang kemudian menjadi suaminya. Ya, perkenalan mereka sejak awal hingga mereka menikah selalu berhubungan dengan kerjasama. Merry mengaku sangat beruntung bertemu Alva dan bisa memiliki Alva, karena setiap perjuangan dan kerja keraksnya Alva selalu ada menyemangatinya.

Kerja kerasnya berawal ketika di musim liburannya iya mendapatkan pekerjaan pertamanya, yaitu Pembagi brosur di jalanan. Ia menyatakan bahwa ia tak malu dan gengsi, justru ia siap untuk mendapat tempaan seperti itu agar ia lebih terbentuk. Sebab ia bekerja untuk berjuang, bukan untuk gaya-gayaan. Disitulah ia ceritakan betapa pekerjaan itu sangat memberikan pelajaran kesabaran dan kekebalan batin untuk terhindar dari sakit hati. Ia mengerti betul susahnya membuat orang-orang yang berlalu lalang itu untuk mengambil brosur ditanganya. Dalam buku ini, ia mencereitaka secara detail gambaran sulitnya ia berjuang dalm pekerjaan itu. Hingga suatu ketika ia kepergok oleh atasanya tertidur di pojok tembok. Ia pun sangat ketakutan akan di pecat, karena ia sangat membutuhkan pekerjaan yang menghasilkan gaji 25 dolar ini. Namun tak disangka bos nya itu ternyata mengajaknya untuk makan siang.

Bos nya mengerti bahwa pekerjaan ini sepertinya tidak cocok untuk dirinya, akhirnya bosnya menawarkan ia untuk bekerja di florist (toko bunga). Mereka terlibat dalam obrolan yang seru dan meri mendapatkan pelajaran ketika bos nya menceritakan bahwa ia juga kecewa krena aadanya krismon, namun ia cepat bangkit dan mencoba mencari peluang dengan cara membeli perusahan-perusahan yang bangkrut dengan harga yang sangat murah, sehingga ia mmeiliki banyak perusahaan. Hal itu belum tentu ia dapatkan pada saat tidak sedang krismon. Disitulah pelajaran pertamanya yang berharga.

Setalah lebih giat bekerja sebagai assisten di toko bunga, ia mendapat tantangan untuk membagikan brosur lagi, namun harus dengan presentasi dan harus mendapat kartu nama orang untuk dihubungi agar ia  bisa sebagai pelanggan. Setiap pekerjaan yang ia daptakan ia selalu mengamati prosesnya untuk dipelajari seperti menghadapi narasemuber yang berbeda. Sehingga ia dapat mengenal kepribadia orang sekaligus cara menghadapinya, tanpa sekolah psikologi.

Sewaktu-waktu ia melihat lowongan pekerjaan sebagai pelayan di sebuah restoran mewah, yang menjamu orang-orang penting. Ia pun enggambarkan sangat jelas mengenai keharusannya bersikap ini itu sesuai ketentuan restoran, hanya untuk mengantar makanan atau minuman.


Tidak ada komentar: